Selasa, 18 Agustus 2015

Kawan pun Guru Jadi Lawan

"Sen, kenapa gak ikutan liat DBL?"
"Males"
"Kan buat ndukung smansa"
"Males, ketemu penampakan"
"Sen bisa liat?"
"Bisa, lihat penampakan yang dulunya temen sekarang jadi rival"

DBL sudah berlalu bagi smansa. Biar kita kalah di basket tapi di lain bidang kita harus bisa unggul*YOSH!. Alesan dan alesan terus mengalir. Sudah 3 kali para 'calo' tiket seliweran keliling, keluar-masuk kelas dan aku masih tak bergeming :v Ya, saya tetap tidak mencomot satu pun tiket DBL. Alasannya praktis. Gak punya uang, gak boleh, males, jauh, sendiri, jomblo lagi. Alasan lainnya baru kusadari hari ini.
Sebagai seorang stalkah tentu tak asing bagiku dengan ritual stalking. Terutama stalking temen-temen, lebih spesifiknya temen SMP. Kadang-kadang saja sih. Dan hari ini kutemukan jawaban yang pas buat alesan kenapa aku gak mau ikutan support langsung. "Gak penak ketemu konco lawas", sebenernya gak pas juga dibilang temen. Bayangkan saja, 3 tahun tanpa komunikasi yang jelas. Lebih mending dipanggil 'kenalan' atau 'tahuan' saja. Kami, lebih tepatnya aku, merasa kita berada di dimensi yang berbeda. Mereka 3 dimensi dan aku buku paket dimensi yang mereka coret-coret. Ditambah lagi, mereka sudah tidak satu institusi lagi dengan saya, Dan itu menandakan bahwa suatu saat nanti pasti kami menjadi rival dikemudian hari. Tapi tak sebatas mereka saja. Semua yang kutemui entah kemarin, hari ini, esok lusa pun akan selalu jadi teman, guru, sekaligus rivalku. Rival dalam kehidupan yang serba tergantung ini *eakk. Fin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar