Rabu, 05 Agustus 2015

Terjebak pada Teman yang Sama

“Sen, seekor keledai tidak terjatuh pada lubang yang sama. Itu yang bener”
“Biarinlah judulnya gitu. Karena ini bakal berhubungan dengan cerita yang bakal gue sampein”

Satu tahun setelah lulus dari SMP. Satu tahun setelah terlepas dari UN SMP. Satu tahun setelah berpisah dengan kenangan masa lalu. Dan satu tahun terjebak pada teman yang sama. Dua orang yang sekelas waktu SMP sekarang ada di sekolah yang sama bareng gue. Bosen? Gak juga. Masa-masa SMP itu Cuma 3 tahun ngapain bosen. Bosen itu ketemu temen SD. Setelah 3 tahun berpisah tiba-tiba ketemu “Eh, kamu lagi” itu yang biasanya kita ucapin waktu ketemu. Kadang ada yang tanya “Masih inget aku?” ya, itu gue yang ngomong. Baiklah, tapi pada kali ini gue bakal nyeritain tentang dua temen SMP gue itu.

Yang pertama namanya Nia (nama malam) atau Amal (nama siang) :v *sorilho. “Sen, emang dia apaan?” ya dia manusia lah. Jadi gini, dulu waktu di SMP, dia suka diperlakukan secara jantan, diperlakukan layaknya seorang laki-laki padahal dia perempuan. Entah apa alasannya, tapi semua itu perlahan memudar seiring bertambahnya umur :v . Kalo ditanya kenapa namanya bisa Nia, gue juga awalnya gak menerima kenyataan itu. Padahal nama dia gak ada unsur Nia-nya, terus dapet Nia dari mana coba? “dari Nisa terus ‘s’nya dihilangin” kata dia sih gitu. Yaudahlah, ngikut, sekarang bahas yang lain aja. Baru aja dia pindah rumah, katanya sih gara-gara alasan ketidaknyamanan dengan rumah itu. Ada beberapa cerita yang lumayan serem yang terjadi di rumah itu menurut pengakuan dia, tapi gak jelas juga dia pindah gara-gara apa. Sekarang dia jadi penunggu tower di kawasan Sukoharjo :v . Pengalaman gue sama dia… sebenernya baru aja deket, soalnya dulu ada beberapa konflik yang membuat gue jadi semacam semi-hikkikomori, terus baru setelah kelas 8 pertengahan kita jadi deket. Apalagi kelas 9, masa akhir kelas 9 dihabiskan untuk belajar dan belajar, nah, untuk mengisi kebosanan itu gue,dia,sama satu orang lagi yang namanya kayak artis kekinian, mengadakan suatu forum ‘Konseling’ setiap hari Selasa. Tujuannya tidak lain tidak bukan hanya untuk saling bercerita apa yang terjadi hari ini atau sesuatu yang dianggap menarik dan tentang rahasia publik :v . Dan terkadang kita pulang sampe bener-bener sore. Malah jadi penunggu sekolah…  Menurut pengakuan dia, dia udah tau gue sejak sebelum masuk SMP. Jadi dia ketemu gue waktu lomba yang diselenggarain sama SMP itu sendiri.
Dia dulunya kagak mau masuk smansa, tapi gara-gara dia … ahsudahlah, karena alasan ditolak dia akhirnya melamar masuk smansa :v dan alhamdulillah keterima. Di SMANSA ini dia ikutan ekskul OASE dan dia gak berencana masuk MG tapi dia kepikiran untuk ikutan ekskul Bahasa Jepang akhir-akhir ini bareng gue. Meskipun dia jauh di kelas lain, tapi kita tetap terkoneksi karena An-Nur *eakk

Oke, yang kedua namanya Yahya atau Azzam. Tapi dia lebih sering dipanggil Yahya di sini. “Terus Azzam yang manggil siapa,Sen?” Baiklah gue jelaskan, dia bukan murid asli dari kelas 7. Dia murid pindahan dari luar. Luar negeri, bukan swasta, tapi bener-bener dari luar Indonesia. Gak jauh sih, Cuma ke sebuah negara yang jaraknya sekitar satu kilan dari Indonesia ke arah barat di peta :v. Ya, yang manggil Azzam itu temen-temen sana , katanya. Pertama kali ketemu dia itu waktu hari Senin. Jadi ceritanya gue dan temen-temen lain yang waktu itu barusan naik kelas 8 upacara, gue hampir telat dan sekelebat gue melihat bayang-bayang seseorang dengan jeans dan baju putih lagi mbaca koran, biasalah gue kira itu orang tua murid baru, gue langsung aja ke kelas. Baru sampe kelas, gue ndenger rumor kalo bakal ada murid baru cowok dari luar negeri. Gue langsung berfantasi, seseorang dengan kulit babi (langsung merah kalo kena panas), rambut pirang, hidung mancung, mata biru, tinggi semampai, dan lain sebagainya. Tapi langsung gue lupakan, soalnya udah pada dipanggilin suruh upacara. Setelah upacara, gue sama temen-temen lain langsung balik ke kelas dan menanti untuk beberapa saat. Tiba-tiba ada seorang guru masuk “Ya anak-anak kalian kedatangan murid baru” dan sedikit candaan kecil lainnya, akhirnya guru itu mempersilakan orang yang ternyata gue kira orang tua murid baru itu untuk memperkenalkan diri. “$%^&*^%%%^&” begitu ucap dia dengan bahasa yang tidak kami mengerti. Dan sekelas kompak menjawab “HA?!!” dia mengulang lagi “My name is Yahya Azzam” dan sekelas serentak ber-oh ria. Oh, jadi fantasi gue salah, gitu sih yang gue pikirkan :v gak tau kalo oh-nya temen-temen gimana. Setelah itu hal yang ditakutkan terjadi, dia belum fasih berbahasa Indonesia. Temen sekelas gue iseng tanya “Where do you come from?” kayaknya gitu sih tanyanya, terus dia jawab kalo gak salah dia dari Jogja, emang dia dari Jogja (lahir di sana) terus pindah Solo dan pindah lagi ke luar negeri itu. Setelah itu temen gue yang lumayan fasih bahasa Inggris langsung deketin dia dan ngobrol sama dia. Gue? Gue ke kantin. Waktu istirahat dia juga ke kantin bareng temen-temen barunya. Ternyata dia di sini gak sendiri, adiknya daftar sini jadi murid baru dan orang tuanya juga punya koneksi sama orang dalam. Jadi… lanjut aja deh. Setelah dia masuk ke kelas kita, gue jadi bukan si nomor absen terakhir lagi. Bahagia pada awalnya, tapi waktu kelas 9 nomor gue malah jadi paling akhir lagi -_- . Jujur ya, di SMP gue hampir gak pernah, malah kayaknya gak pernah ngomong sama dia, paling-paling nguping atau sok nimbrung  orang yang lagi ngomong sama dia.

Dan di SMA beberapa berubah, gue tetep sekelas sama dia, itu yang bikin sama. Sepertinya itu kali pertama gue ngomong sama dia, ceritanya sepulang pra-MOS gue nunggu bus di halte depan SMA, terus dia dateng. Beberapa saat hening dan dia yang membuka pembicaraan “Katanya kelas kita semuanya Perancis (maksud dia, semuanya ambil peminatan bahasa Perancis)” dan gue jawab “gak tau” dia ngelanjutin tanya “Rumahmu mana to zul kok naik BST” gue jawab “Di sana” kata gue sambil nunjuk arah rumah gue “Sana mana?” tanya dia “Sana, sana, sana, sana, sana” jelas gue sambil menggerakkan tangan gue mengikuti arah menuju rumah gue “Sana sana i mana?” tanyanya lagi “rapaopo” jawabku. Lalu, BST datang dan pembicaraan berakhir. Dan setelah itu gue dan Yahya melanjutkan hidup seperti orang normal kebanyakan. Berkomunikasi seperti orang normal kebanyakan.

Di SMA ini dia Cuma ikut ekskul SED (Smansa English Debate). Sebenernya dia juga daftar ekskul lain, kayak basket sama Pasprama (ekskul pramuka peminatan :v) tapi sayang dia gak keterima. Saat gue tanya “Kok kamu ikut Pasprama?” dia jawab, “Jane (Sebenernya) aku dulu mau ikut DP (dewan penggalang,) ketoke seru o” . Sampe sekarang dia masih sekelas sama gue dan tahun depan juga bakal sekelas sama gue, jadi mungkin lain kali gue bakal ceritain betapa gregetnya Yahya dan juga kelas gue selama setahun belakangan ini. Ok, see ya.. Fin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar