“Sen..”
“APA?!”
“Gak jadi, lanjutin aja, deh.”
Dalam post kali ini, gue mau bercerita tentang first
impression gue sama temen-temen baru gue di SMA.
Oke langsung aja. Pertama kali gue mau mbicarain
tentang seseorang yang namanya gue samarin jadi Yani. Yani ini adalah temen
sebangku gue pertama kali waktu pra-MOS, dia orang yang ramah, murah senyum,
dan menurut banyak orang dia ca’em. Karena gue lulusan SMP swasta, gue jadi
semacam kena paranoid gitu :v nganggep semua orang yang gak berkerudung itu
non-Islam termasuk si Yani itu. Berhubung pra-MOS diselenggarain waktu puasa
dan bertepatan dengan akhir puasa, kakak fasilitator membagikan surat edaran
tentang zakat fitrah. Tak lupa, kakak fasilitator mengabsen siapa saja yang
muslim. Gue curiga sama si Yani, kenapa dia angkat tangan waktu di absen. Dari muka-mukanya
dia keliatan kayak orang cina eh.. tionghoa. Gue tetep gak percaya kalo temen
sebangku gue ini ternyata saudara gue (saudara seiman maksudnya) sampai kakak
fasilitator bener-bener melayangkan surat edaran itu ke atas mejanya. Well,
dugaan gue salah dan gak semua muslimah bisa mendapat hidayah berhijab itu.
Yang kedua adalah temen
sebangku gue yang lain. Temen sebangku gue waktu MOS. Temen sebangku gue yang
longlast sampe sekarang :v. Namanya gue samarin jadi Viani. Entah kenapa
tiba-tiba gue duduk di samping Viani ini. Seorang anak rantau dari tempat
tandus bernama hutan gunung tepatnya kecamatan retnorock alias Baturetno :v . Gue
punya beberapa cerita konyol yang terjadi antara kita. Jadi, ceritanya, si Viani
ini tanya-tanya tentang boyband korea,Shinee, dan gue tau kalo dia suka sama
korea-korea gitu daripada jejepangan. Gue juga balik tanya ke dia “Eh, namamu
tadi siapa?” gue bingung gara-gara dikelas itu ada nama yang hampir mirip-mirp
gimana gitu, ya nama dia itu salah satunya. Dan gue bertanya pertanyaan yang
sama berulang kali dalam frekuensi yang bisa membuat orang jengkel, tapi dia
enggak :3 mungkin dalam hati :v . Si Viani ini ternyata anak kos. Kos yang
pertama sih menurut gue gak enak. Udah rasanya lumayan jauh, ada anjingnya
lagi, kan gak enak gimana gitu rasanya. Akhirnya dia pindah waktu petengahan
kelas X. Oh, iya, dia juga paling takut sama cerita horor, apalagi waktu
Pradana XXIX di Sekipan, Tawangmangu. Ketika mentari sudah menghilang di ufuk
barat, keahlian gue mulai terkumpul dan siap untuk dimuntahkan, yaitu suka
bercerita sesuatu yang horor. Padahal tempatnya sendiri udah horor. Sasaran muntahan
gue yang pertama kali mestilah si Viani, dia udah nolak beberapa kali, tapi gue
gak pantang menyerah. Apalagi waktu acara pensi yang diadain malem-malem dengan
suasana gelap, dingin, mencekam, gue masih berusaha nawarin dia cerita yang gue
punya, “Eh, aku punya cerita horor” “Gak mau zul” okay, itu jawabannya.
Yang ketiga, si ketua kelas
alias namanya gue samarin jadi Ardy. First impression tentunya dia adalah anak
genter, orang yang tinggi. Baru kali itu gue liat ada anak umur 15 tahun
setinggi dia, ya mungkin sekitar 1,78 m lah tingginya. Impression yang lain itu
dia ternyata pernah mau masuk pondok, udah daftar malah, dan dia jadi
satu-satunya anak SMP Negeri yang daftar pondok itu. Tapi karena ditolak dia
akhirnya masuk smansa. Dan tau sendirilah kalo awalnya mau masuk pondok terus
malah masuk sekolah negeri. Dia terlihat seperti seseorang yang agamis. Later I
found out that … dia seorang yang suka jejepangan, punya beberapa anime, tau
beberapa kosakata jepang (contohnya hentai, ecchi, kimochi, yamete, ikkeh-ikkeh
mungkin juga dia tau :v), dan hal-hal yang berbau jepang lainnya. Selain itu
ternyata dia juga punya keahlian di bidang kepramukaan, apalagi keahlian dia
semakin terlihat waktu mau Pradana. Dia menunjukkan kami, peserta lomba pionering
dari Cyclone (yang dulu MIAJI), bagaimana cara tali-temali yang kuat itu dan … ya
dia bisa tali temali, apalagi di saat tangan-tangannya yang panjang itu menarik
tali sampai… ahsudahlah, malah fangirling. Selain yang barusan gue sebutin tadi
masih ada beberapa yang gue pikirkan tentang dia. Dia orang yang ramah, lucu,
menghibur, pengganti remote LCD, ceria, masih kayak anak kecil, pengganti
pembantu umum, baik, suka membantu. Si ketua kelas yang merangkap sebagai
pembantu umum.
Sebenernya masih ada beberapa
orang yang belum gue ceritain di sini, mungkin di post berikutnya. See ya….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar