Sabtu, 22 Agustus 2015

First Impression (muncul belakangan)

Kembali lagi pada post ‘First Impression’. Di post sebelumnya dengan judul yang sama, gue salah ketik nama, yang bener Viana bukan Viani, oke itu kesalahan teknis. Di post ini gue bakal cerita lagi sama kalian tentang betapa konyolnya kesan pertama gue sama orang-orang di sini.
Yang keempat ada Amuba, gue pilih nama itu biar terkesan ambigu :v . Oke, dia cowok. Tinggi, megane, dancer, pinter, mantan calon pendaftar aksel, mantan paski, mantan dewan galang, dan mantan-mantan lainnya. First impression gue ke dia pastinya dia pinter nari, terbukti dari persiapan Cyclone sebelum Pradana yang disuruh untuk flash mob buat pensi-nya. Selain itu, first impression gue ke dia, macho :v . Entah kenapa tiba-tiba kepikiran kalo dia keren, wuih gitu. Dia jadi perwakilan Mas MOS dan dia jadi juara 3 kayaknya, lupa gue. Namun, lambat laun, kesan-kesan itu berubah. Seiring berjalannya waktu, gue mulai menemukan keanehan pada dia. Dia seorang fanboy. Oh God why? Dia bukan sekedar fanboy biasa, tapi menurut koresponden yang gue tanyain, dia adalah seorang fanboy yang berorientasi fangirl. Ya, kau tau,lah… Gak Cuma berhenti di situ keanehannya. Dia cerita kalo waktu SMP dia ikutan paski dan dewan galang. Terus gue tanya, kenapa dia kagak ikutan lagi di SMA. Jawabannya, gara-gara dia gak mau jadi item. Hmmm… itu bukan jawaban yang biasa dilontarkan oleh seorang yang ‘wuih’,kan? Tapi beberapa tahun kemudian gue tanya lagi ke dia dan jawabannya normal, dia gak dibolehin ortu. Dibalik kekurangan pasti ada kelebihan, kelebihan kemampuan menangkap pelajaran alias pinter. Karena itu dia gak terlalu dibully temen-temen. Tapi tetep aja :v mungkin.

Yang kelima, banyak sih, soalnya mau cerita tentang anak-anak MG. Yaudah, dimulai aja dari ‘ketua cabul’ namanya Acan. Panggilannya Oca, gak nyambung emang. Kesan pertama… tidak berkesan :v kesan pertamaku dia orang yang talkative, lucu tapi ganggu. Ada Astna, kesan pertama, gak terlalu kenal (semua juga sama,sih), gak terlalu memperhatikan orangnya waktu awal kumpul, kalo kesan belakangannya, dia lebih cocok jadi ketua tapi dengan kondisi dia yang aksel dan sifat di yang polos tapi gak jelas itu akhirnya dia gak jadi ketua. Ada Eno. Kesan pertama, namanya keren dan berharap orangnya seperti namanya, tapi ternyata enggak juga. Kesan akhir-akhir ini, sering digampar Devina dengan tangan dewa-nya :v . Ada Arluq, kesan pertama, bijak, mengayomi, kandidat calon ketua, tapi ternyata tidak. Ada Lukas, Hafiidh, Maman, Faris, kesan pertama, pendiem, pasif, gak tau mau ngapain ikut MG. Ada Aha dan Febi. Duo Seri-kaya :v duo gak jelas, duo pahpoh yang mencairkan suasana, terlalu polos. Ada Nisa, Okhid, Laras. Trio koar + Melin kadang-kadang, sukanya koar-koar berita gak penting/penting, talkative. Melin dan Rifdah, anak dan emak, cukup. Devara dan Pau, anak energik, suka tantangan, kadang polos, taat, pinter. Yang terakhir Devina dan Moli, serius apalagi si Moli, suka diganggu Eno, kalo ngomong mengena apalagi Moli, moody apalagi Moli, dan apalagi Moli lainnya, kalo Devina lebih ke sini, kemana? Kayak Moli tapi lebih santai. Berarti Moli gak santai? Kalo disuruh baru bisa santai :v Hampir lupa, ada Hizkia, si pendiem yang gak bisa ketawa, sekalinya ketawa ngetawain kesusahan orang *sadis :v , bisa bandel juga ternyata.

Yang keenam ada Farah alias Palupi alias Nigga Bodoh alias Somplak alias Toak :v . First impression gue ke dia, “Dih, ngapain sih ni orang masuk sini?” :v serius. Tapi lama kelamaan malah gue yang terkena adiksi terhadap Farah. Karena kemampuan diplomasi gue yang kurang, itulah sebabnya gue adiksi sama dia. Karena Farah udah pernah gue bahas pada post sebelumnya (Karena Aku Memilih Dia). Mungkin cukup di sini aja post First Impression, kalo mau nulis post beginian lagi paling-paling bakal gue kasih judul laen :v . Oke deh sekian post ini, gue akhiri dulu dan bye. Fin.

Jumat, 21 Agustus 2015

Semua Berubah Sejak Negeri Menyerang

"Dahulu kala Fobia hidup dalam ketidakpastian. Namun semua berubah, sejak sekolah negeri menyerang. Hanya iman kuatlah yang bisa membantu. Tapi saat kita masuk sana, dia memudar."
"Sen, opening macam apa itu?"
"Biar terlihat (to)lol aja, Kou."

Dari prolog yang (to)lol tadi, kalian udah tau gue mau ngomongin apa? Gak? Oke, gue perjelas. Ini cuma cerita gue yang miris sama temen-temen SMP gue dulu. Mereka masuk sekolah negeri tapi kelakuannya gak berubah. Berubah ke arah yang lebih baik maksudnya. Gue yakin, gue sendiri juga berubah, entah itu ke arah baik atau tidak cuma temen-temen yang bisa menilai diri gue.
Bicara tentang prinsip, entah mereka gak tau atau nekat, prinsip pertama di SMP gue adalah gak boleh pacaran. Gue perjelas GAK BOLEH PACARAN. Namun kenyataannya masih banyak temen gue yang pacaran. Baiklah, masa remaja, masa dimana lo butuh perhatian. Kalo di rumah lo kagak dapet perhatian, biasanya lo bakal cari di tempat lain, bisa jadi itu temen sesama jenis atau malah bukan. Di saat lo dapet perhatian dari mereka, terutama yang beda jenis, lo bakal merasa nyaman sama dia dan gak ingin lepas dari dia. Sebenernya sama sih rasanya kayak lo dapet perhatian dari temen sesama jenis lo *pie?. Lupakan tentang teori muluk ini. Jadi, karena itulah si doi (cowok) ingin selalu berada di sisi deknen (cewek). Nah, untuk 'melegalkannya' banyak remaja yang langsung ambil jalan pintas. Apalagi kalo bukan pacaran. "Hubungan tanpa status, Sen!" Hubungan tanpa status pacaran, tapi kakak-adekan, emang Pramuka?
Ada banyak manfaat dari pacaran tapi kerugiannya lebih banyak.
sumber tertera
Tapi, peraturan di SMP gue bagai angin yang hanya menggerakkan dedaunan saja lalu menghilang. Gak mengena di hati mereka yang gak kena. Buktinya masih banyak yang melanggar dan keterusan sampe SMA. Anehnya, ada yang bangga waktu ditanya,
"Eh, lu udah punya mantan berapa?" 
"Ratusan, bro. Keren, gak?"
"Emang Tang*o, Lu itu keren, ganteng, cakep, wow atau murahan, sih?"
*jleb. 

Kalo udah gitu, kemana harga diri lo? Harga diri lo mau cuma sekedar cocard Pradana, cocard diklat, cocard LM, cocard MOS, cocard SII? Cocard apalagi? Bukan cuma sekedar itu. Cocard mah bukan harga diri, bukan identitas (tapi harga dirinya itu waktu beli kertas cocard dan survei harga dari satu toko ke toko lain dan akhirnya gak jadi beli di kompleks pertokoan itu dan lo jadi bahan gosip pedagang kertas di blok tersebut :v *guebercanda). 
Terus tiba-tiba setelah mereka berdua ngobrol, ada iklan di tv "Punya barang bekas gak kepake, jual aja di blablabla.com"
"Sekarang lu pacaran?"
"Gue belon dapet deknen"
"Bro, ikutan aja bro"
"Apaan?"
"Barang bekas, gak kepake, kan, lu banget."
"@#$%^&*&^%$#!"
Digampar gue. 
Judulnya mendiskriminasi banget,ya? Gak cuma di sekolah negeri sih sebenernya. Di sekolah swasta Islam sekarang banyak. Malah dari cerita temen gue di SMA F, sebuah SMA swasta Islam, ada temen dia yang udah tunangan. Syudah kuduga. Itu apa-apaan coba, belum dapet KTP aja ngakunya tunangan. "Padahal mereka dari pondok dan orang tuanya setuju mereka tunangan" Oh, jadi bukan backstreet ni ye.. :v. Dalem hati gue yang mangkel, "Pak, Buk, plis itu anaknya percuma di sekolahin di pondok. Siapin undangan, urus perizinan, terus dinikahin tuh anaknya sekalian. Restuin tuh Pak,Buk" Kesel sendiri gue. 
Padahal gue juga gak perfect-perfect amat tapi kok malah nasehatin. Ya, ini adalah bagian dari menasehati diri sendiri dan orang lain. Terutama orang yang itu, yang katanya "Aku gak tau bisa ngelupain kamu apa gak," *nada memelas* Gue berharap dia amnesia dan memori jangka pendeknya hilang dan gue berharap gue termasuk dalam daftar memori jangka pendeknya *jahatbanget.
Gue cukupin dulu post yang ngalor-ngidul ini, semoga mengena di hati kalian. Semoga post kali ini laksana angin dengan skala Beaufort 12 yang bisa menerbangkan apa pun yang ada di pikiran kalian (malah jadi amburadul, noh.). Malah gak nyambung. Semoga post kali ini bermanfaat. Fin.

Selasa, 18 Agustus 2015

Kawan pun Guru Jadi Lawan

"Sen, kenapa gak ikutan liat DBL?"
"Males"
"Kan buat ndukung smansa"
"Males, ketemu penampakan"
"Sen bisa liat?"
"Bisa, lihat penampakan yang dulunya temen sekarang jadi rival"

DBL sudah berlalu bagi smansa. Biar kita kalah di basket tapi di lain bidang kita harus bisa unggul*YOSH!. Alesan dan alesan terus mengalir. Sudah 3 kali para 'calo' tiket seliweran keliling, keluar-masuk kelas dan aku masih tak bergeming :v Ya, saya tetap tidak mencomot satu pun tiket DBL. Alasannya praktis. Gak punya uang, gak boleh, males, jauh, sendiri, jomblo lagi. Alasan lainnya baru kusadari hari ini.
Sebagai seorang stalkah tentu tak asing bagiku dengan ritual stalking. Terutama stalking temen-temen, lebih spesifiknya temen SMP. Kadang-kadang saja sih. Dan hari ini kutemukan jawaban yang pas buat alesan kenapa aku gak mau ikutan support langsung. "Gak penak ketemu konco lawas", sebenernya gak pas juga dibilang temen. Bayangkan saja, 3 tahun tanpa komunikasi yang jelas. Lebih mending dipanggil 'kenalan' atau 'tahuan' saja. Kami, lebih tepatnya aku, merasa kita berada di dimensi yang berbeda. Mereka 3 dimensi dan aku buku paket dimensi yang mereka coret-coret. Ditambah lagi, mereka sudah tidak satu institusi lagi dengan saya, Dan itu menandakan bahwa suatu saat nanti pasti kami menjadi rival dikemudian hari. Tapi tak sebatas mereka saja. Semua yang kutemui entah kemarin, hari ini, esok lusa pun akan selalu jadi teman, guru, sekaligus rivalku. Rival dalam kehidupan yang serba tergantung ini *eakk. Fin

Sabtu, 08 Agustus 2015

---sekilas post----

source: facebook
Jia... setelah baca ini jadi pengen... jadi pengen baca manganya :v. Bagi yang penasaran bisa di cari judul manganya Hibi ni Chouchou.
Sekilas info, hari ini ada sebuat saran dari seorang senpi, katanya gue lebih baik jangan pake kata 'gue', 'lu' tapi diganti pake 'aku' 'saya' 'kamu', biar kita jadi lebih akrab pembs :3
Oh iya, hari ini smansa ikut DBL lawan SMAN 1 Karanganyar. Jadi... Selamat berjuang saja. #SMANSADAY .. meskipun saya gak ikut lihat gara-gara pemainnya gak kayak Tim Seirin atau Teiko tapi saya tetap mendukung smansa...

Kamis, 06 Agustus 2015

First Impression

“Sen..”
“APA?!”
“Gak jadi, lanjutin aja, deh.”

Dalam post kali ini, gue mau bercerita tentang first impression gue sama temen-temen baru gue di SMA.
 Oke langsung aja. Pertama kali gue mau mbicarain tentang seseorang yang namanya gue samarin jadi Yani. Yani ini adalah temen sebangku gue pertama kali waktu pra-MOS, dia orang yang ramah, murah senyum, dan menurut banyak orang dia ca’em. Karena gue lulusan SMP swasta, gue jadi semacam kena paranoid gitu :v nganggep semua orang yang gak berkerudung itu non-Islam termasuk si Yani itu. Berhubung pra-MOS diselenggarain waktu puasa dan bertepatan dengan akhir puasa, kakak fasilitator membagikan surat edaran tentang zakat fitrah. Tak lupa, kakak fasilitator mengabsen siapa saja yang muslim. Gue curiga sama si Yani, kenapa dia angkat tangan waktu di absen. Dari muka-mukanya dia keliatan kayak orang cina eh.. tionghoa. Gue tetep gak percaya kalo temen sebangku gue ini ternyata saudara gue (saudara seiman maksudnya) sampai kakak fasilitator bener-bener melayangkan surat edaran itu ke atas mejanya. Well, dugaan gue salah dan gak semua muslimah bisa mendapat hidayah berhijab itu.

Yang kedua adalah temen sebangku gue yang lain. Temen sebangku gue waktu MOS. Temen sebangku gue yang longlast sampe sekarang :v. Namanya gue samarin jadi Viani. Entah kenapa tiba-tiba gue duduk di samping Viani ini. Seorang anak rantau dari tempat tandus bernama hutan gunung tepatnya kecamatan retnorock alias Baturetno :v . Gue punya beberapa cerita konyol yang terjadi antara kita. Jadi, ceritanya, si Viani ini tanya-tanya tentang boyband korea,Shinee, dan gue tau kalo dia suka sama korea-korea gitu daripada jejepangan. Gue juga balik tanya ke dia “Eh, namamu tadi siapa?” gue bingung gara-gara dikelas itu ada nama yang hampir mirip-mirp gimana gitu, ya nama dia itu salah satunya. Dan gue bertanya pertanyaan yang sama berulang kali dalam frekuensi yang bisa membuat orang jengkel, tapi dia enggak :3 mungkin dalam hati :v . Si Viani ini ternyata anak kos. Kos yang pertama sih menurut gue gak enak. Udah rasanya lumayan jauh, ada anjingnya lagi, kan gak enak gimana gitu rasanya. Akhirnya dia pindah waktu petengahan kelas X. Oh, iya, dia juga paling takut sama cerita horor, apalagi waktu Pradana XXIX di Sekipan, Tawangmangu. Ketika mentari sudah menghilang di ufuk barat, keahlian gue mulai terkumpul dan siap untuk dimuntahkan, yaitu suka bercerita sesuatu yang horor. Padahal tempatnya sendiri udah horor. Sasaran muntahan gue yang pertama kali mestilah si Viani, dia udah nolak beberapa kali, tapi gue gak pantang menyerah. Apalagi waktu acara pensi yang diadain malem-malem dengan suasana gelap, dingin, mencekam, gue masih berusaha nawarin dia cerita yang gue punya, “Eh, aku punya cerita horor” “Gak mau zul” okay, itu jawabannya.

Yang ketiga, si ketua kelas alias namanya gue samarin jadi Ardy. First impression tentunya dia adalah anak genter, orang yang tinggi. Baru kali itu gue liat ada anak umur 15 tahun setinggi dia, ya mungkin sekitar 1,78 m lah tingginya. Impression yang lain itu dia ternyata pernah mau masuk pondok, udah daftar malah, dan dia jadi satu-satunya anak SMP Negeri yang daftar pondok itu. Tapi karena ditolak dia akhirnya masuk smansa. Dan tau sendirilah kalo awalnya mau masuk pondok terus malah masuk sekolah negeri. Dia terlihat seperti seseorang yang agamis. Later I found out that … dia seorang yang suka jejepangan, punya beberapa anime, tau beberapa kosakata jepang (contohnya hentai, ecchi, kimochi, yamete, ikkeh-ikkeh mungkin juga dia tau :v), dan hal-hal yang berbau jepang lainnya. Selain itu ternyata dia juga punya keahlian di bidang kepramukaan, apalagi keahlian dia semakin terlihat waktu mau Pradana. Dia menunjukkan kami, peserta lomba pionering dari Cyclone (yang dulu MIAJI), bagaimana cara tali-temali yang kuat itu dan … ya dia bisa tali temali, apalagi di saat tangan-tangannya yang panjang itu menarik tali sampai… ahsudahlah, malah fangirling. Selain yang barusan gue sebutin tadi masih ada beberapa yang gue pikirkan tentang dia. Dia orang yang ramah, lucu, menghibur, pengganti remote LCD, ceria, masih kayak anak kecil, pengganti pembantu umum, baik, suka membantu. Si ketua kelas yang merangkap sebagai pembantu umum.


Sebenernya masih ada beberapa orang yang belum gue ceritain di sini, mungkin di post berikutnya. See ya….

Rabu, 05 Agustus 2015

Terjebak pada Teman yang Sama

“Sen, seekor keledai tidak terjatuh pada lubang yang sama. Itu yang bener”
“Biarinlah judulnya gitu. Karena ini bakal berhubungan dengan cerita yang bakal gue sampein”

Satu tahun setelah lulus dari SMP. Satu tahun setelah terlepas dari UN SMP. Satu tahun setelah berpisah dengan kenangan masa lalu. Dan satu tahun terjebak pada teman yang sama. Dua orang yang sekelas waktu SMP sekarang ada di sekolah yang sama bareng gue. Bosen? Gak juga. Masa-masa SMP itu Cuma 3 tahun ngapain bosen. Bosen itu ketemu temen SD. Setelah 3 tahun berpisah tiba-tiba ketemu “Eh, kamu lagi” itu yang biasanya kita ucapin waktu ketemu. Kadang ada yang tanya “Masih inget aku?” ya, itu gue yang ngomong. Baiklah, tapi pada kali ini gue bakal nyeritain tentang dua temen SMP gue itu.

Yang pertama namanya Nia (nama malam) atau Amal (nama siang) :v *sorilho. “Sen, emang dia apaan?” ya dia manusia lah. Jadi gini, dulu waktu di SMP, dia suka diperlakukan secara jantan, diperlakukan layaknya seorang laki-laki padahal dia perempuan. Entah apa alasannya, tapi semua itu perlahan memudar seiring bertambahnya umur :v . Kalo ditanya kenapa namanya bisa Nia, gue juga awalnya gak menerima kenyataan itu. Padahal nama dia gak ada unsur Nia-nya, terus dapet Nia dari mana coba? “dari Nisa terus ‘s’nya dihilangin” kata dia sih gitu. Yaudahlah, ngikut, sekarang bahas yang lain aja. Baru aja dia pindah rumah, katanya sih gara-gara alasan ketidaknyamanan dengan rumah itu. Ada beberapa cerita yang lumayan serem yang terjadi di rumah itu menurut pengakuan dia, tapi gak jelas juga dia pindah gara-gara apa. Sekarang dia jadi penunggu tower di kawasan Sukoharjo :v . Pengalaman gue sama dia… sebenernya baru aja deket, soalnya dulu ada beberapa konflik yang membuat gue jadi semacam semi-hikkikomori, terus baru setelah kelas 8 pertengahan kita jadi deket. Apalagi kelas 9, masa akhir kelas 9 dihabiskan untuk belajar dan belajar, nah, untuk mengisi kebosanan itu gue,dia,sama satu orang lagi yang namanya kayak artis kekinian, mengadakan suatu forum ‘Konseling’ setiap hari Selasa. Tujuannya tidak lain tidak bukan hanya untuk saling bercerita apa yang terjadi hari ini atau sesuatu yang dianggap menarik dan tentang rahasia publik :v . Dan terkadang kita pulang sampe bener-bener sore. Malah jadi penunggu sekolah…  Menurut pengakuan dia, dia udah tau gue sejak sebelum masuk SMP. Jadi dia ketemu gue waktu lomba yang diselenggarain sama SMP itu sendiri.
Dia dulunya kagak mau masuk smansa, tapi gara-gara dia … ahsudahlah, karena alasan ditolak dia akhirnya melamar masuk smansa :v dan alhamdulillah keterima. Di SMANSA ini dia ikutan ekskul OASE dan dia gak berencana masuk MG tapi dia kepikiran untuk ikutan ekskul Bahasa Jepang akhir-akhir ini bareng gue. Meskipun dia jauh di kelas lain, tapi kita tetap terkoneksi karena An-Nur *eakk

Oke, yang kedua namanya Yahya atau Azzam. Tapi dia lebih sering dipanggil Yahya di sini. “Terus Azzam yang manggil siapa,Sen?” Baiklah gue jelaskan, dia bukan murid asli dari kelas 7. Dia murid pindahan dari luar. Luar negeri, bukan swasta, tapi bener-bener dari luar Indonesia. Gak jauh sih, Cuma ke sebuah negara yang jaraknya sekitar satu kilan dari Indonesia ke arah barat di peta :v. Ya, yang manggil Azzam itu temen-temen sana , katanya. Pertama kali ketemu dia itu waktu hari Senin. Jadi ceritanya gue dan temen-temen lain yang waktu itu barusan naik kelas 8 upacara, gue hampir telat dan sekelebat gue melihat bayang-bayang seseorang dengan jeans dan baju putih lagi mbaca koran, biasalah gue kira itu orang tua murid baru, gue langsung aja ke kelas. Baru sampe kelas, gue ndenger rumor kalo bakal ada murid baru cowok dari luar negeri. Gue langsung berfantasi, seseorang dengan kulit babi (langsung merah kalo kena panas), rambut pirang, hidung mancung, mata biru, tinggi semampai, dan lain sebagainya. Tapi langsung gue lupakan, soalnya udah pada dipanggilin suruh upacara. Setelah upacara, gue sama temen-temen lain langsung balik ke kelas dan menanti untuk beberapa saat. Tiba-tiba ada seorang guru masuk “Ya anak-anak kalian kedatangan murid baru” dan sedikit candaan kecil lainnya, akhirnya guru itu mempersilakan orang yang ternyata gue kira orang tua murid baru itu untuk memperkenalkan diri. “$%^&*^%%%^&” begitu ucap dia dengan bahasa yang tidak kami mengerti. Dan sekelas kompak menjawab “HA?!!” dia mengulang lagi “My name is Yahya Azzam” dan sekelas serentak ber-oh ria. Oh, jadi fantasi gue salah, gitu sih yang gue pikirkan :v gak tau kalo oh-nya temen-temen gimana. Setelah itu hal yang ditakutkan terjadi, dia belum fasih berbahasa Indonesia. Temen sekelas gue iseng tanya “Where do you come from?” kayaknya gitu sih tanyanya, terus dia jawab kalo gak salah dia dari Jogja, emang dia dari Jogja (lahir di sana) terus pindah Solo dan pindah lagi ke luar negeri itu. Setelah itu temen gue yang lumayan fasih bahasa Inggris langsung deketin dia dan ngobrol sama dia. Gue? Gue ke kantin. Waktu istirahat dia juga ke kantin bareng temen-temen barunya. Ternyata dia di sini gak sendiri, adiknya daftar sini jadi murid baru dan orang tuanya juga punya koneksi sama orang dalam. Jadi… lanjut aja deh. Setelah dia masuk ke kelas kita, gue jadi bukan si nomor absen terakhir lagi. Bahagia pada awalnya, tapi waktu kelas 9 nomor gue malah jadi paling akhir lagi -_- . Jujur ya, di SMP gue hampir gak pernah, malah kayaknya gak pernah ngomong sama dia, paling-paling nguping atau sok nimbrung  orang yang lagi ngomong sama dia.

Dan di SMA beberapa berubah, gue tetep sekelas sama dia, itu yang bikin sama. Sepertinya itu kali pertama gue ngomong sama dia, ceritanya sepulang pra-MOS gue nunggu bus di halte depan SMA, terus dia dateng. Beberapa saat hening dan dia yang membuka pembicaraan “Katanya kelas kita semuanya Perancis (maksud dia, semuanya ambil peminatan bahasa Perancis)” dan gue jawab “gak tau” dia ngelanjutin tanya “Rumahmu mana to zul kok naik BST” gue jawab “Di sana” kata gue sambil nunjuk arah rumah gue “Sana mana?” tanya dia “Sana, sana, sana, sana, sana” jelas gue sambil menggerakkan tangan gue mengikuti arah menuju rumah gue “Sana sana i mana?” tanyanya lagi “rapaopo” jawabku. Lalu, BST datang dan pembicaraan berakhir. Dan setelah itu gue dan Yahya melanjutkan hidup seperti orang normal kebanyakan. Berkomunikasi seperti orang normal kebanyakan.

Di SMA ini dia Cuma ikut ekskul SED (Smansa English Debate). Sebenernya dia juga daftar ekskul lain, kayak basket sama Pasprama (ekskul pramuka peminatan :v) tapi sayang dia gak keterima. Saat gue tanya “Kok kamu ikut Pasprama?” dia jawab, “Jane (Sebenernya) aku dulu mau ikut DP (dewan penggalang,) ketoke seru o” . Sampe sekarang dia masih sekelas sama gue dan tahun depan juga bakal sekelas sama gue, jadi mungkin lain kali gue bakal ceritain betapa gregetnya Yahya dan juga kelas gue selama setahun belakangan ini. Ok, see ya.. Fin

Senin, 03 Agustus 2015

Karena Aku Memilih Dia

“Moga-moga gak dapet adek kelas kayak Farah,”
“Adek kelasnya kalo kayak Farah gimana?”
“Gek aku sekelas sama Farah to,”
“Yang penting gak kayak Farah”
“Parah toak!”

Dan berbagai macam kata-kata sejenis lainnya sering menyambangi telinga gue. Antara risih, sebel, dan ada benernya juga mereka ngomong begitu :v *sorilho*. Baiklah, sebelum gue ceritakan kalian lebih lanjut, ada baiknya gue kenalkan orang yang satu ini. Namanya Farah lengkapnya Farah Primanita Prima, karena kebanyakan prim-nya akhirnya banyak yang menyingkatnya menjadi Farah Primata. Kata dia sendiri, dia bukan tipe close minded, apa itu? coba tanya yang ngerti. Selain itu, dimata orang kebanyakan, dia bukanlah tipe waifuable,istriable,dan semacamnya. Dia dipandang seperti sebuah toa atau pengeras suara karena suaranya yang keras dan khas cetar ulala. Hobinya selfie dan mudah bergaul dengan orang lain. Seseorang yang ceria dan seorang ‘Pramuka’ sejati (prasaan mudah terluka) :v . Baiklah segitu aja kenalannya.
Gue lanjutin, topik kali ini adalah tentang salah satu penjalin hubungan tanpa status sama gue :v kenapa bisa HTS ? dibilang temen, bukan , soalnya gue udah ketemu sama kedua ortunya , dibilang lebih dari temen juga bukan , emang gue pelangi apa ? :v apa gue kasih nama simbiosis kompleks aja kali ya ? soalnya kadang kita benar2 seperti simbiosis mutualisme, saling menguntungkan kedua pihak apalagi masalah hutang menghutang, kalo komensalisme, kita saling menjajakkan sesuatu satu sama lain, parasitisme ketika satu sama lain saling macokke, kompleks to ? *ora !* yo pokokmen tak anggep kompleks ngono wae. Sahabat ? Mending gak usah ketemu dia kalo gitu *ora-ora*, kalo dibilang sahabat… sahabat itu kurang mengena. Kawan… menurutku dia itu sudah seperti keluarga, tapi keluarga jauhhh banget. Keluarga cakasmaji :v ahsudahlah.

Banyak orang sering tanya ke gue, “Zul, kok kamu suka temenan sama si Farah?” dan gue cuma nanggepin senyum, tapi dibalik itu ada makna tersembunyi. Emang salah  ya gue temenan sama dia? Ok, kalo lu nganggap dia orang yang nyebelin, tapi masak lu kagak pernah temenan sama orang semacam dia? Kalo gak, berarti lu yang kayak dia. Begitu cara pikir gue. Kenapa orang suka melihat keburukan dia yang emang lebih banyak *kalolucari-carijugabanyak* ? Jangan ngelihat seseorang cuma dari satu sisi lah. Kan,orang-orang sekarang punya dua sisi, seperti uang kertas *biarbeda* . Dia pasti ada sisi baiknya, ya paling enggak dia ngutang ke elu terus dibalikin uangnya. Dan kalo lu kagak suka sama orang yang suka teriak-teriak, ya diingetin aja lah, gak usah kode-kode, atau malah ikutan teriak bilang “TOAK!! DIEM!!” terus kalo gitu siapa yang harusnya diem? Ngingetin orang juga ada etikanya, gak cuma tanya pos sama kakel waktu kemah doang :v Lu juga harusnya ngingetin sambil nyontohin ke dia cara yang bener. Nah, kalo dia udah bener kan kita yang jadi kangen sama dia yang dulu*oposih*. Satu lagi, kalo lu gak suka dia misuh-misuh…. gue juga, jadi kita sama :v . Fin

Minggu, 02 Agustus 2015

PES 2015, Sen

"Sen, ceritakan padaku apa itu PES 2015.."
"Baiklah, tapi mengapa kau memanggilku 'Sen'?"
"Biar bisa bilang.."
"Bilang apa?"
"Notice me Senpai" :v

Prolog yang jayus.. baiklah langsung aja gue ceritain tentang PES 2015. Sama seperti PES 2014 yang menyita waktu libur gue, tapi tentu ada yang beda. Kalo dulu PES MG 2014 diisi angkatan 13/14, sekarang PES MG 2015 diisi angkatan 14/15 *ratakon jul*
Jadi, H-1 PES kita semua kumpul di Jurug pada awalnya, tapi jadinya ngumpul di sekolah -_- padahal udah sampe sana. Ini nih yang gak tak suka dari angkatanku, tapi itu juga salahku :v . Pada H-1 itu ekskul lain pada latihan dan gladi resik, sedangkan kita? Oh iya, kita juga gladi resik pada beberapa hal, terutama buat persiapan Astna dan Hafiidh yang rapeling dari atap smansa. Terus yang lainnya ngapain? Nyoba naik turun Benjo pake karmantel yang dikaitkan prusik terus sampe di atas, rapeling. Hampir semua orang di angkatan gue udah nyoba rasanya prusiking tapi gue belon. Akhirnya gue beranikan diri naik, gue takut nyoba gara2 dulu habis lari2an gitu disuruh nyoba langsung, secara, gue yang gak kuat yaa... gak kuat. Daripada harus medot ditengah jalan, malah gak bisa, akhirnya gue berhenti sebelum sampe atas banget. Dan ketika gue nyoba beberapa bulan kemudian (ya hari H-1 itu) gue bisa, meskipun sangat histeris. Waktu sampe di atas dan udah dipasang figure 8-nya, gue pun turun secara perrlaahaann dan itu memicu temen gue buat bilang "Cepet wae zul gak papa", dan gue nyahut dia "Gak papa aku mau pelan-pelan menikmati" :v . Sebenernya itu sih tujuan gue nyoba prusiking, biar gak musti lewat pohon dengan batang licin itu, itu malah lebih ngeri.

YA!! HARI H, HARI EKSEKUSI!

 Jam 5 gue berangkat dari sekolah dan di sana, ternyata....cuma...gue....!! CUMA GUE DAN BEBERAPA ORANG DOANG YANG BARU DATENG!! -_____-  Ini nih ngeselinnya angkatan gue. Ketika semuanya udah lengkap (anggap saja anggota bayangan itu ada, namanya juga cuma bayangan :v *sorilho) kita langsung cus ke kelas X MIA 2 yang baru. Di ruangan itu ada 2 ekskul yaitu "PERKOSA MG" *gak usah mesum*
MG dapet urutan ke-8 pada awalnya tapi jadi urutan ke-7 dan itu sekitar jam setengah 10-an dan yang bikin masalah itu, tokoh utama eksekusi kita,algojo kita, Devara, menghilang. Katanya dia pergi ke gereja, udah dicariin juga gak ketemu. Akhirnya pada jam 9-an kita udah pasrah sama keberadaannya dia. Sebelum tampil kita semua pada berdoa, salah satu temen gue ada yang nyeletuk "Semoga Devara cepet balik" dan itu diamini semua anggota. Setelah beberapa saat kami berdoa dan tiba-tiba *tau sendirilah gue bakal nulis apa* udah pada bisa nebak?? baiklah tak jawab.. dan tiba-tiba Devara datang dengan bahagianya. Akhirnya dia dibully.
PES 2015 sedikit terhambat waktu karmantel yang ada di atap waktu diajtuhkan itu agak nyangkut, terus waktu masak-masak beralaskan kertas karton malah kertasnya yang kebakar *iyalah..-_-* Ya gitu aja sih.

Setelah semua ekskul nampilin apa yang bakal dilakukan kalo ngikutin ekskul mereka, kita semua disuruh kumpul di aula buat persiapan sosru. Nah, waktu sosru ini gue cuma dapet 1 giliran, ya itu gak penting sih, syukur Alhamdulillah *kan aku hikkikomori :v oralah* setelah selesai sosru sekitar jam 3-an dan setelah menghitung jumlah calon pendaftar akhirnya kita dapet 99 orang. Itu berarti perjuangan temen-temen dan gue gak sia-sia gitu. Yaudahlah udah capek mikirnya. "Ada yang berminat mungkin? Dicoba dulu gak papa. Yaudah kao gak ada, mungkin nanti kalo ada yang merasa terpanggil ('Panggilan Alam') bisa ikut TMnya tanggal 7 Agustus. Ya pokoknya seru,dek. MARGA GIRI! RIMBA!" Fin.